Manajemen Kepemimpinan

Gambar
Manajemen dalam bahasa inggris berarti mengelola atau mengatur. Dalam Fattah (2006: 1), manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Manajemen sebagai ilmu merupakan bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Manajemen sebagai kiat seperti pernyataan Follet merupakan hal yang dapat mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Manajemen sebagai profesi menjelaskan adanya landasan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dengan dituntun oleh sebuah kode etik.  Manajemen dalam pendidikan menurut Djam’an Satori dalam Sudarmiani (2009: 2) diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Manajemen memiliki pengaruh bagi seseorang/sekelompok orang untuk bertindak. Sama halnya dengan manajemen, k

Disiplin kerja efisiensi efektivitas, dan produktivitas kerja

Disiplin kerja efisiensi efektivitas, dan produktivitas kerja

A. DISIPLIN KERJA


Definisi Disiplin Kerja

Disiplin kerja sering kali diartikan secara negatif. Disiplin lebih dikaitkan dengan sanksi atau hukuman. Contohnya pada karyawan bank, keterlambatan masuk kerja berdampak pada pemotongan gaji yang disepadankan dengan tidak masuk kerja pada hari itu (Helmi, 1996).
Disiplin juga dapat diartikan secara positif seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Hodges, dalam Helmi 1996 secara umum mendefinisikan disiplin sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Jika dikaitkan dengan dunia pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah sesuatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi. Nitisemito (1982) juga mendefinisikan disiplin kerja sebagai sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Menegakkan kedisiplinan penting bagi suatu perusahaan, sebab dengan kedisiplinan tersebut diharapkan pekerjaan yang akan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.

Menambahkan pertanyaan tersebut, Rusli (1991) disiplin kerja adalah segala sikap dan perilaku secara sadar patuh terhadap aturan yang berlaku di lingkungan kerja atas dasar keyakinan yang dimiliki karyawan terhadap aturan tersebut memiliki tujuan yang harus dicapai.

Disiplin kerja juga dapat diartikan sebagai ketaatan karyawan terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam perusahaan (Wursanto, dalam Marwanto 2010). Mentaati peraturan merupakan suatu sikap dan perilaku yang didorong oleh kontrol diri yang kuat. Artinya, mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam diri individu (Suryohadiprojo, dalam Helmi 1989). Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai dengan inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan. Seseorang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi bukan semata-mata hanya patuh dan taat terhadap peraturan tersebut, akan tetapi juga memiliki kehendak untuk menyesuaikan diri dengan peraturan organisasi. Realitanya sebelum masuk dalam sebuah organisasi seorang karyawan tentu mempunyai aturan, nilai, dan normanya sendiri yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dari keluarga dan masyarakat. Hal ini sering kali tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh organisasi, sehingga menimbulkan konflik dalam bekerja (Helmi, 1996).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.

Aspek Disiplin Kerja


Menurut Nitisemito (1991) aspek yang terdapat dalam disiplin kerja meliputi :

- Aspek pemahaman terhadap peraturan
Disiplin kerja pada hakekatnya bukan merupakan pembatasan kebebasan karyawan dalam bekerja. Usaha menegakkan kedisiplinan tidak boleh sembarangan dalam menerapkan suatu peraturan, namun kedisiplinan juga harus menunjang tujuan yang akan dicapai oleh perusahan. Seorang karyawan yang menunjukan kedisiplinan baik akan memiliki perilaku yang menunjukkan usaha-usaha untuk memahami secara jelas tentang peraturan yang berlaku. Hal ini ditunjukkan dengan sikap proaktif karyawan untuk berusaha memperoleh informasi sehingga karyawan akan rajin untuk mengikuti pembekalan atau briefing, membaca pengumuman dan menanyakan ketidak jelasan suatu peraturan.

- Aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
Peraturan yang berlaku di perusahaan apabila sebagian besar peraturan tersebut sudah ditaati oleh karyawan maka kedisiplinan sudah dapat diterapkan dilingkungan kerja. Penerapan kedisiplinan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan kedisiplinan diharapkan pekerjaan akan dilakukan dengan efektif dan efisien. Sebaliknya, jika kedisiplinan terhadap peraturan tidak diterapkan maka kemungkinan tujuan perusahaan tidak dapat dicapai. Seorang karyawan dapat dikatakan memiliki kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan jika selama bekerja tidak mempunyai catatan pelanggaran,mentaati peraturan tanpa adanya paksaan, serta dengan suka rela menyesuaikan diri dengan aturan organisasi yang telah ditentukan.

- Aspek ketepatan waktu dalam pelaksanaan dan menyelesaikan pekerjaan
Selama bekerja karyawan harus memiliki disiplin waktu. Artinya, seorang karyawan dapat menghargai waktu sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Bekerja dengan tepat waktu dan menyelesikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan merupakan upaya dalam meningkatkan produktivitas kerja. Selama bekerja karyawan mengetahui kapan waktu untuk memulai pekerjaan, waktu istirahat, dan jam pulang kerja (Soejono, 1997).

- Aspek keteraturan proses dalam menjalankan tugas
Setiap pekerja memiliki berbagai macam tugas yang mencangkup berbagai usaha dan bagaimana menjalankan usaha tersebut untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses usaha dalam bekerja meliputi perencanaan, pengurutan metode, dan tata tertib pekerjaan. Setiap karyawan diwajibkan untuk melaksanakan seluruh pedoman atau peraturan Standar Operasi Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan keteraturan dalam menjalankan pekerjaan diharapkan mampu mendorong karyawan menjadi lebih produktif dan mampu meningkatkan kinerja sehingga dapat menguntungkan dalam jangka waktu panjang (Simamora, dalam Sinambela 2012).

Dampak Disiplin Kerja

Setiap perusahaan saat ini dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kualitas produksi. Hal ini, memperlukan peningkatan profesionalisme manajemen perusahaan dan peran aktif dari karyawan. Keberhasilan perusahaan agar tetap unggul dan eksis perlu memiliki karyawan yang memperhatikan kedisiplinan dalam bekerja. Perilaku disiplin kerja yang tinggi memberikan dampak positif yaitu membentuk iklim organisasi yang sehat. Iklim organisasi merupakan suasana di tempat kerja yang dapat dirasakan oleh karyawan saat mereka bekerja. Iklim organisasi memiliki peran yang penting karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Rinaldi, 2016). Sinungan (2009) menambahkan bahwa disiplin kerja juga memberikan dampak pada pembentukan motivasi kerja ke arah partisipasi karyawan terhadap perusahaan. Seluruh pembentukan usaha ini langsung mengarah pada peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja karyawan, sehingga terjadi peningkatan dalam produksi dan produktivitas kerja (Rinaldi, 2016).
Selanjutnya, Rinaldi (2016) juga menyebutkan karyawan dengan perilaku disiplin kerja yang rendah dapat mengakibatkan perubahan perilaku, yaitu tindakan indisipliner yang tidak baik bagi diri sendiri, orang lain, dan bagi perusahaan. Tindakan indisipliner memberikan dampak negatif berupa kurangnya partisipasi karyawan terhadap perusahaan, dimana kerja tim menjadi tidak semangat dalam melaksanakan tugas secara bersama-sama, dan menjadi tercerai-berai karena kesalahan dari tindakan indisipliner karyawan. Dampak indisipliner juga berimbas pada pertumbuhan organisasi atau perusahaan yaitu menimbulkan ongkos kerja menjadi mahal dan keuntungan perusahaan bisa menurun. Selain itu, perusahaan harus menghentikan program produksi karena banyak karyawan yang malas dan tidak disiplin, sehingga terjadi kegagalan pendistribusian barang ke pasar dan menjadikan konsumen menjadi tidak puas (Lieserna, 2009).

B. EFISIEN KERJA


Efisiensi kerja merupakan suatu prinsip dasar untuk melakukan setiap kegiatan suatu organisasi dengan tujuan untuk dapat memperoleh hasil yang dikehendaki dengan usaha yang seminimal mungkin sesuai dengan standar yang ada. Usaha yang seminimal mungkin dikaitkan dalam hubungannya dengan pemakaian tenaga jasmani, pikiran, waktu, ruang, benda, dan uang. Dengan kata lain efisiensi kerja merupakan pelaksanaan cara-cara tertentu dengan tanpa mengurangi tujuannya dan merupakan cara yang termudah mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, dan terpendek jaraknya.

Pengertian efisiensi pada prinsipnya adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh dengan kegiatan yang dilakukan. Bekerja dengan efisien adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit mungkin. Dengan menggunakan cara kerja yang sederhana, penggunaan alat yang dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas serta menghemat gerak dan tenaga, maka seseorang dapat dikatakan bekerja dengan efisien dan memperoleh hasil yang memuaskan.

Tujuan utama pekerjaan kantor adalah untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sering dijumpai kendala-kendala yang dapat mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja. Diantaranya dapat berupa sistem, prosedur atau cara kerja yang kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan.
Banyak kantor yang memiliki modal dan tenaga kerja yang lengkap tetapi tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan semula. Hal ini dapat terjadi karena kurang baiknya pelaksanaan penerapan tata kerja pada kantor tersebut. Oleh karena itu organisasi yang ingin mencapai tujuan dan hasil yang memuaskan harus mampu melalui penerapan tata kerja dengan tepat sesuai standartisasi dan pengendalian kerja dengan tepat Sumber utama efisiensi sebenarnya ada dalam diri individu masing-masing pegawai, karena dengan akal pikiran dan pengetahuan yang ada, pegawai mampu menciptakan cara kerja yang efisien.

Unsur-unsur efisien itu antara lain kesadaran, keterampilan atau skill, disiplin yang dimiliki oleh pegawai serta kerjasama yang baik antara pegawai dengan ruang lingkup pekerjaannya. Namun, untuk lebih meningkatkan jiwa efisiensi dalam diri tiap pegawai maka dibuatlah peraturan yang mengikat yaitu, berupa penerapan tata kerja di perusahaan. Jika penerapan tata kerja telah diterapkan maka diharapkan setiap pegawai wajib mematuhi tata kerja tersebut karena jika suatu peraturan yang telah disepakati dilanggar maka akan dikenakan sanksi.

Dalam meningkatkan efisiensi kinerja di perusahaan atau organisasi yang pertama sekali dilakukan adalah dengan menerapkan tata kerja yang baik. Selain untuk menetapkan disiplin kerja penerapan tata kerja juga berfungsi untuk memudahkan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab dalam bekerja.

Adanya kemungkinan yang akan timbul dalam penyelenggaraan penerapan tata kerja yang tidak efisien dapat mengakibatkan sulitnya pimpinan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi suatu masalah sehingga dapat terjadi penyimpangan, penyalahgunaan kekuasaan dan sulitnya melakukan pengawasan dan pemeriksaan dengan cepat.

Efisiensi itu sendiri merupakan suatu usaha untuk memberantas pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala-gejala yang merugikan. Menurut Achmad (2001:18) efisensi artinya perbandingan terbaik antara usaha yang telah dikorbankan dengan hasil yang dicapai. Pengertian efisiensi pada prinsipnya merupakan perbandingan terbaik atau rasionalitas antara hasil yang diperoleh (Output) dengan kegiatan yang dilakukan serta sumber-sumber dan waktu yang dipergunakan (Input).

Salah satu dimensi penting dalam sebuah lembaga adalah adanya tata kerja yang teratur, terencana, dan tersusun dengan rapi agar memudahkan dalam pengawasan dan monitoring terhadap hasil yang telah dicapai dan tercipta suatu efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pekerjaan kantor adalah sesuatu yang mencerminkan ”wajah” mekanisme kerja sebuah organisasi tertentu.
Dengan menggunakan cara kerja yang sederhana, penggunaan alat yang dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas serta menghemat gerak dan tenaga, maka seseorang dapat dikatakan bekerja dengan efisien dan memperoleh hasil yang memuaskan. Setiap pegawai yang tidak menyukai penghamburan akan bekerja dengan efisien. Pegawai yang efisien tidak akan mengeluh walaupun banyak yang harus dikerjakannya, akan tetapi pegawai yang tidak efisien akan mengeluh walaupun sedikit yang dikerjakannya. Karena itu penerapan tata kerja yang efisien hendaknya diterapkan secara terus menerus agar jiwa efisiensi benar-benar terbentuk dalam diri setiap pegawai.

C. EFEKTIFITAS KERJA


Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas dan kerja. Menurut Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Efektivitas menurut Bedjo Siswanto (1990:62) berarti menjalankan pekerjaan yang benar.

Menurut Sutarto (1978:95) Efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki.

Efektivitas kerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan (Schermerhorn, 1998:5)

Menurut Handoko (1997:7), Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Menurut Siagian (1986:152) efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Devung efektivitas adalah tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan dengan tepat dan baik (Devung, 1988:25).

Menurut kamus Administrasi perkantoran efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek yang dikehendaki dalam suatu perbuatan (1981:24).

Faktor-faktor Yang  Mempengaruhi Efektivitas Kerja


Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980:9), yaitu:

- Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi umtuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran.

- Karakteristik Lingkungan

Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.

- Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun tehnologi yang digunakan merupakan tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

- Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.

Alat Ukur Efektivitas Kerja


Menurut Richard dan M. Steers (1980:192) meliputi unsur kemampuan menyesuaikan diri / prestasi kerja dan kepuasan kerja :
Kemampuan menyesuaikan diri
Kemampuan manusia terbatas dalam sagala hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat Ricard M. Steers yang menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai.

Prestasi kerja


Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja ang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 2001:94). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman, kesungguhan waktu yang dimiliki oleh pegawai maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.


Kepuasan kerja.


Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

D. PRODUKTIVITAS KERJA

Definisi Produktivitas Kerja
Pada dasarnya dalam produktivitas untuk semua hal sama yaitu adanya keterkaitan antara input dan output. Istilah keluaran atau output dalam produksi adalah hasil proses industri yang berbeda-beda tergantung dengan bidangnya masing-masing, ada yang berupa barang, jasa, ataupun pelayanan yang disertakan mutu didalamnya (Rotroff, dalam Hadipranata 1996). Bukan hanya itu saja produktivitas juga melibatkan input atau masukan yang dibutuhan untuk menyelesaikan output itu sendiri (Matsui, dalam Hadipranata 1996). Input ada yang berupa bahan, alat, ataupun tenaga kerja (Hadi, dalam Hadipranata 1996). Seorang karyawan dikatakan produktif jika menghasilkan output yang lebih besar dengan input yang relatif kecil. Jadi, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan masukan yang dibutuhkan (Bittel dan Bittel, dalam Hadipranata 1996).
Serupa dengan penyataan tersebut (Dewan Produktivitas Nasional, dalam Patmarina, Nuria, & Fransiska 2012), (Umar, dalam Astuti 2013), dan (Triton, dalam Assgaf dan Dotulong, 2015) mendefinisikan produktivitas kerja sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Menambahkan pernyataan tersebut, (Hasibuan, dalam Astuti 2013) mendefinisikan produktivitas kerja sebagai perbandingan antara ouput dengan input, namun output yang dihasilkan harus memiliki nilai tambah dengan pengerjaan yang lebih baik. Kusriyanto (2000) juga mendefinisikan produktivitas kerja sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan tenaga kerja persatuan waktu yang dianggap sebagai input.

Memiliki kesamaan dalam mendefinisikan produktivitas kerja sebagai dua komponen yang saling berkaitan yaitu output dan input, Blocher, Chen, Lin, dan Rusli Syarif, dalam Suparno (2015) mendefinisikan produktivitas kerja sebagai hubungan antara beberapa output yang dihasilkan dengan input yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut. Hal yang sama juga disampaikan oleh Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo, dalam Suparno (2015) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah hubungan antara output yang dihasilkan meliputi jumlah barang dan jasa dengan input yang digunakan, input yang digunakan meliputi tenaga kerja, alat, bahan baku, modal, energi, dan lain-lain (Hadi, dalam Hadipranata 1996).

Sedangkan pendapat yang berbeda dari Siagian (2000) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia denganmenghasilkan output yang optimal. Produktivitas kerja juga diutarakan sebagai kemampuan memanfaatkan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang (Sinungan 2009).

Selain itu, produktivitas juga berkaitan dengan hasil akhir. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (dalam Puspita, 2015) menyatakan produktivitas kerja adalah seberapa besar hasil akhir yang diperoleh dari proses produksi.

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan
bahwa definisi dari produktivitas kerja adalah seberapa besar kemampuan karyawan dalam menghasilkan barang atau jasa (output) dari proses produksi.

Aspek Produktivitas Kerja


Menurut Putti, dalam Suparno (2015) terdapat dua aspek dalam produktivitas kerja yaitu :

Efisiensi

Tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang atau jasa dicerminkan sebagai cara pemanfaatan yang baik terhadap sumber- sumber dalam proses memproduksi barang atau jasa. Melalui perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga, dan berbagai input yang lainnya bisa dikurangi sejauh mungkin supaya pemanfaatannya bisa maksimal (Sinungan, 2009). Sehingga efisiensi lebih menekankan pada pengendalian atau meminimalkan penggunaan masukan atau input (waktu, materi, energi atau tenaga) dalam proses produksi (Mayeda dalam Hadipranata, 1996)

Efektivitas


Konsep efektivitas dilihat dari sejauh mana tingkatan tertentu yang sudah diperoleh dianggap sebagai pencapaian sasaran  yang baik atau tidak. Jika tujuan atau kebijakan suatu perusahaan tersebut dirumuskan, diukur, dan dipenuhi. Maka efektivitasnya dianggap cukup baik dan tingkat pencapaian tujuan dapat dinyatakan sebagai suatu pemenuhan tujuan yang lengkap (Sinungan, 2009).
Dapat disimpulkan didalam produktivitas terdapat dua aspek penting yaitu efisiensi dan efektivitas yang membantu memahami tentang produktivitas terhadap kondisi-kondisi tertentu secara tepat.

Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja


Faktor yang dianggap mempengaruhi produktivitas kerja menurut Anoraga & Sri Suyati (1995) adalah :

- Faktor yang ada dalam diri individu (Faktor Internal)


Faktor ini mencangkup motivasi, pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap etika kerja, gizi dan kesehatan. Prestasi kerja pada karyawan, kemampuan kerja, kebutuhan individu juga termasuk dalam faktor internal (Heidrajrachman, dalam Suparno 2015). Menurut (Ravianto, dalam Sutrisno 2010), faktor yang berasal dari dalam individu atau internal jika selaras dan seimbang maka dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Motivasi

Motivasi kerja adalah faktor pendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Dorongan tersebut merupakan penggerak karyawan untuk mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga mampu mewujudkan tujuan perusahaan (Sutrisno, 2012).

Pendidikan

Pendidikan dapat menambah pengetahuan seseorang sehingga mampu mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat (Payaman J. Simanjuntak, dalam Patmarina, Nuria, & Fransiska 2012). Proses pendidikan dan pelatihan membentuk keahlian kerja dan kinerja yang profesional sehingga produktivitas menjadi tinggi (Ishikawa, dalam Hadipranata 1981).

Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi peraturan yang telah ditentukan. Kedisiplinan dapat dibentuk melalui pelatihan seperti bekerja menghargai waktu dan biaya. Hal ini akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan. Akan tetapi, hal yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Assagar dan Dotulong (2015) diketahui bahwa disiplin kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pada pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Hal ini disebabkan oleh budaya kerja dan gaya kepemimpinan. Kerelaan dan kesediaan seseorang dalam menaati peraturan yang berlaku ditempat kerja tidak dapat mendorong para pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Keterampilan

Keterampilan banyak memberikan pengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Keterampilan dapat ditingkatkan melalui kursus, latihan, dan lain-lain.

Sikap Etika Kerja

Sikap dan etika dalam bekerja sangat penting untuk diterapkan di lingkungan kerja karena dapat menciptakan hubungan yang selaras dan seimbang antara prilaku dalam proses produksi yang akan meningkatkan produktivitas kerja.

Gizi dan Kesehatan

Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan, dan semua itu berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

Kemampuan Kerja

Kemampuan kerja diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Kemampuan kerja dipengaruhi oleh keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki pekerja (Sutrisno, 2012).

Kebutuhan Individu

Kebutuhan individu pekerja dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, situasi pekerjaan, aktivitas diluar pekerjaan, latar belakang budaya dan latar belakang pengalamannya (Heidrajrachman, dalam Suparno 2015).


- Faktor yang ada di luar diri individu (Faktor Eksternal)


Faktor ini mencangkup tingkat penghasilan, lingkungan kerja dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, bahan baku, jaminan sosial, manajemen perusahaan, dan kesempatan berprestasi. Faktor- faktor yang disebutkan lebih berasal dari perusahaan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari pihak perusahan karena karyawan yang bekerja membutuhan kenyamanan di tempat mereka bekerja. Dengan kenyamanan yang diberikan perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kerja mereka.

Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan yang diperoleh karyawan merupakan hasil dari prestasi kerja karyawan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi prestasi maka semakin besar pula upah yang diterima. Dengan penghasilan yang cukup dapat memberikan semangat kerja bagi tiap karyawan sehingga memacu prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Lingkungan kerja dan iklim kerja

Selain lingkungan kerja secara fisik seperti suhu ruangan, penerangan, serta lingkungan sekitar perusahaan. Hubungan antar karyawan dan pemimpin perlu untuk diperhatikan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan sering terjadi kasus mogok kerja karena tidak adanya kekompakan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan sehingga mengganggu proses produksi.

Teknologi

Kemajuan teknologi meliputi peralatan yang semakin canggih dan serba otomatis, sehingga dapat mendukung tingkat produksi, mempemudah dan mempercepat pekerjaan karyawan.

Sarana Produksi

Sarana yang diperlukan dalam proses produksi harus memadai dan mendukung.

Jaminan Kesehatan

Memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bentuk perhatian dan fasilitas dari perusahaan. Dengan demikian memberikan harapan supaya karyawan dalam bekerja semakin bergairah, semangat, dan produktif.

Manajemen Perusahaan

Dengan adanya manajemen yang baik memberikan pengaruh yang positif pada karyawan. Karyawan dapat terorganisasi dengan baik sehingga karyawan dengan jelas mengetahui fungsi, peran, dan tanggunga jawab. Dengan demikian produktivitas kerja karyawan akan tercapai.

Kesempatan Berprestasi

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan memberikan kesempatan berprestasi pada karyawan membuat karyawan memiliki semangat untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang ada dalam diri individu (faktor internal) dan faktor yang ada di luar diri individu (faktor eksternal)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diagram Pohon Keputusan

Pengertian Pegawai Menurut Para Ahli

Makalah kebijakan pembangunan ekonomi masa orde baru